Sabtu, 26 April 2014

si sitiqomah



aku iri pada mereka 

jilbab, ilmu, cara mereka memperlakukan teman, cara berinteraksi dengan lawan jenis.

apa aku bisa masuk ke lingkaran itu?

"na, daftar yuk,"

"lo liat dah gue kayak gini, emang bisa keterima?"

"coba aja dulu,"

akhirnya aku, dan lisa mendaftar untuk menjadi pengurus rohis sekolah. sama sekali tidak pernah terlintas di benakku untuk memasuki dunia ini.

"nah, nanti madrasahnya naik jadi halaqoh ya," kata kak muri.

"naik kak? harus ya?" aku bertanya ragu.

"iya, karena, penting bagi kader untuk menambah ilmu melalui halaqoh rutin,"

aku termagu, bukan karena aku tidak mau naik tingkat, hanya saja, apa aku pantas disebut kader?

*

aku bergabung dengan mereka, yang sering di sebut akhwat. aku berubah, walau masih dalam tahap sederhana, kini jilbabku lebih lebar, pergaulanku lebih dijaga.

waktu berlalu cepat. entah kapan itu terjadi, aku tak pernah menyadarinya, aku mulai merasa nyaman berada di lingkungan ini.

dan aku juga tidak menyadari jika beberapa akhwat telah berubah. jilbab mereka tak lagi selebar dulu, lebih modis. namun tak lagi menampakkan keanggunan seorang wanita.

suatu waktu, aku menceritakan hal itu pada MR.

"kak, kok mereka cepat berubah?" tanyaku mengakhiri cerita.

kak muri menghela nafas panjang.

"luna, begitulah hati manusia. bolak-balik, keimanan kita juga, naik turun. nah, karena itu, jangan menghina orang yang saat ini belumlah seperti akhwat, dan jangan pula terlalu memuji yang sudah akhwat, sampai merendahkan yang lain, bisa jadi, orang yang kita hina itu, nantinya jauh lebih baik.
karena Allah membolak-balikan hati kita, jadi, berdo’alah agar selalu dibalikkan untuk ta’at padaNya,"

aku merenung, apa itu yang sekarang terjadi padaku? hatiku sedang dibalikkan untuk ta’at padaNya, tapi, apakah suatu saat nanti, hati ini dapat berbalik?

"berubah itu mudah lun. memulai untuk berjilbab lebar, menjaga pandangan, interaksi, tidaklah sesulit menjaganya. mempertahankan perubahan yang baik, sering kita sebut dengan istiqomah," lanjut kak muri.

aku mulai sedikit memahami. tapi, sungguh disayangkan. mereka yang dulunya menjadi inspirasi buatku, kini menjadi sosok yang seakan asing. padahal, dulu mereka terlihat anggun sekali menggunakan jilbab lebar itu.

pernah kuberjalan dengan salah satu dari mereka, yang kini telah berubah. jilbabnya agak kecilan. ragu aku membahas hal ini. jadi aku diam saja, dan lebih mendengarkan ia bercerita.

"aku berubah ya lun? ah entah sejak kapan, akupun tak menyadari hal itu. aku udah nggak kayak dulu," tiba-tiba, ia menyinggung hal ini

aku hanya terdiam, takut akan menyinggung jika berkata-kata.

"istiqomah itu berat ya lun," lanjutnya dengan mata menerawang. 

aduhai istiqomah, mengapa engkau tak menghampiri teman-temanku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar