Senin, 26 Oktober 2015

kurasa, aku mulai menyukaimu

~~~~~~~~
aku tidak tau sejak kapan, tapi kurasa aku mulai menyukaimu.
sejak dulu, aku bukan fans ataupun haters dirimu. hubungan kita pun biasa saja, tak ada yang istimewa.
dan, kau begitu rumit, pikirku dulu. susah sekali untuk memahami dan mengenalmu lebih dalam sehinggga aku terbiasa untuk mengenal dirimu dari luarnya saja. bahkan aku sempat ingin menyerah saja padamu
walaupun begitu,  kau bukanlah orang asing, kita telah bersama dalam waktu yang lama, meskipun bukan dengan hubungan yang istimewa. aku tak pernah dengan tega menganggapmu sebagai monster. karena kau bukan monster. pun aku terkadang lebih mudah memahami dirimu dibanding yang lain.
mungkin, dulu aku saja yang tak ingin mengenalmu lebih dalam, kupikir, masih banyak yang bisa aku kerjakan daripada menghabiskan waktu denganmu.
hingga, sepertinya garis takdir telah membuat kita harus bersama. aku juga tak merencanakan untuk membersamai dirimu. tapi, beginilah keadaan sekarang. tiga tahun, aku berjuang mengenalimu, melewati rintang, bergadang malam-malam. dan masa itu telah membuatku menyadari suatu titik dimana, aku mulai menyukaimu.
kita memang belum terlalu jauh mengenal, masih banyak hal dari dirimu yang belum kuungkap. tapi aku tau, bahwa kau sebenarnya tidaklah rumit. kau sangat sederhana jika saja orang-orang mau mengenalmu. dan sejujurnya aku juga ingin mereka menganggap kau sederhana.
terkadang aku sedih, banyak orang masih menganggap dirimu monster. padahal kau bukan, mereka hanya tidak memahamimu, tidak mengenalmu. dan aku ingin mengubah persepsi itu.
kau tau, aku sangat ingin segera mengakhiri jenjang ini, bukan karena aku tidak ingin membersamaimu lagi, bukan karena aku sudah cukup mengenalmu. justru karena aku belum begitu dalam mengetahui akan dirimu, aku harus segera selesai di sini dan melanjutkan ke yang lebih tinggi lagi agar dirimu dapat kukenali dengan lebih baik. agar bisa memahami dan memandang semua kerumitan dirimu sebagai sebuah kesederhanaan. :)
dear math..
karena aku mulai menyukaimu, aku tidak akan menyerah padamu…
math :)
~~~~~~~
catatan hati matematikawati yang sedang gelisah menanti inspirasi untuk satu lagi judul outline buat di ajukan :|
wkwkwk…
tapi Alhamdulillah,
saya pikir, inspirasi ini tak akan datang begitu depat, tapi Allah benar-benar memudahkan jalan untuk bertemu dengan inspirasi :D

Minggu, 27 September 2015

selamatkan negeri


semakin ngeri melihat keadaan negeri.
tak ingin melihat, tapi apa daya tempat kelahiran di sini.
azabkah? ujiankah?
asap merajalela, ekonomi makin melemah, ancaman PHK di mana-mana, kriminal semakin membrutal.
mungkin saja, Allah ingin kita mengingat dimana masa itu, saat kesejahteraan itu, masih berada di sisi. bersyukurkah kita? sempatkah kita mengucap barang sekali saja Alhamdulillah?
mungkin saja, saat itu, ketika air melimpah ruah, udara segar masih meyapa, ingatkah kita untuk sejenak merenungi nikmat dari-nya?
atau, saat uang tak jadi masalah, pekerjaan didapat dengan mudah, ancaman PHK jauh dipandang mata, ingatkah kita untuk membantu sesama?
ah iya, manusia. masih saja lupa. ingatnya pada saat sudah tersandung batu, perih dan berdarah. lalu saat berjalan dengan aman dan nyaman, terus lupa dengan segala?
ini juga teguran untuk diri sendiri, betapa gampangnya berbuat zhalim, ketika kenikmatan menyapa, pun ketika bencana itu mulai datang jua, tak urung membuat diri menyegerakan berbuat baik dan meninggalkan yang zhalim.
memang, pasti ada sebab akan terjadinya bencana, namun dibalik itu semua, sudahkah diri ini berbenah? apakah tidak mungkin kita jualah yang secara tak langsung menjadi sebab datangnya bencana ini?

Minggu, 19 April 2015

bantuan



Jangan bantu mereka!
Terkadang, sikap orang yang lebih tua suka agak berlebihan, bukan bermaksud menyalahkan mereka, tapi memang begitulah faktanya. Rasa sayang membuat mata rabun untuk melihat mana yang baik mana yang justru menyesatkan.
Membantu tentu saja suatu perkara yang baik. Perbuatan terpuji yang memang diharuskan untuk kita, manusia lakukan. Membantu seperti apa dulu tapi?
Saya mengajar anak-anak pra SD dan SD kelas 1. Tentu saja, sebagian besar orang tua mereka juga ikut menemani. Ini bagus, anak akan merasa mendapat dukungan saat mereka didampingi orang tua, atau saudara. Hanya saja, saya punya sistem yang agak berbeda dengan segelintir dari mereka. Saya ingin anak-anak itu bisa sendiri. Mengenal huruf, mengeja, membaca sepatah dua patah kata karena usaha sendiri. Walau prosesnya lama, tapi dengan usaha itulah sang anak dapat mengingat lebih lama huruf yang sudah dikenalnya, dan mengeja apa yang sudah bisa terdeteksi oleh pikiran mereka. Sama sekali saya tak melarang untuk membantu, tapi, jika berlebihan, kasihan si anak.
Begitu pula saat anak sudah menginjak bangku akhir setiap jenjang pendidikan. Tak jarang, para tetua ‘membantu’ mengerjakan soal ujian. Tentu saja, karena mereka ingin anak2nya lulus, nilainya gemilang, lancar jalannya, namun, ini sangat berbahaya bagi mereka.
Ada baiknya, jika sikap percaya diri anak memang ditumbuhkan sejak kecil. Percaya diri bukan hanya bicara soal mereka yang mampu belenggak lenggok di atas panggung, bernyanyi ria di depan khalayak, berbicara dengan lancar tanpa cela, tapi percaya diri juga bagaimana mereka bisa percaya akan kemampuan mereka sendiri, tanpa terus mengharapkan bantuan orang lain. Mereka percaya bahwa apa yang mereka hitung, hapalkan, ingat, terka adalah jawaban yang tepat. Andaipun jawaban itu salah, peran kita sebagai tetua justru harusnya memotivasi lagi, bahwa tandanya mereka harus belajar lebih giat, bukannya meminta ‘pertolongan’ orang lain.
Lagipula, jika pun ingin membantu, bantulah mereka saat proses pembelajaran, bertahun-tahun sebelum ujian dilaksanakan. Toh itu sangat membantu banyak, bahkan mungkin sampai mereka dewasa nantinya.

Senin, 16 Maret 2015

sendiri

Ada masa saat aku benar benar menikmati kesendirianku. Berjalan sendiri, belanja sendiri, makan sendiri. Aku pun punya tempat dimana aku benar benar merasa sendiri, bukan dalam arti yang sesungguhnya. Tempat yang ramai, tapi keadaan sunyi senyap. Yup! Perpustakaan. Cocok sekali karena aku suka membaca, novel terutama. Aku akan bertahan bahkan sampai membeku di dalam perpustakaan yang dingin. Aku suka karena aku sendiri.
Aku bukannya tidak memiliki teman, aku bukan orang yang –yah, setidaknya tidak terlalu, freak. Aku ramah, walau tidak supel, aku bukan orang cupu yang hanya sendiri sepanjang hidupnya. Jadi, aku punya teman,dan  bisa kubilang banyak. Hanya saja, sendirian memiliki sensasi tersendiri buatku, dan terkadang, membawa teman itu merepotkan, bukan untukku, tapi untuk mereka. Aku sih tak masalah ketika mereka ingin membawaku menemani mereka, kemana pun, selama bukan ketempat orang jahat. Terkadang aku menemani mereka belanja, makan, ke mall. Dan aku tak bermasalah dengan itu. Tapi aku bermasalah saat membawa mereka bersamaku, walau sebentar, aku hanya tak ingin mereka repot walau mereka tak menunjukkannya.
Pernah sekali aku benar benar ragu untuk pergi ke suatu tempat, sendirian. Dan itu kali pertamaku meminta bantuan seorang teman untuk menemani. Hanya sebentar, dan untuk beberapa kali aku meminta teman lainnya menemaniku ke sana. Selebihnya, aku pergi sendiri. Dan tak masalah hingga kini.
Suatu waktu, aku terpengaruh dengan perkataan seorang teman, “orang yang makan sendirian itu, keliatan banget jomblonya,” aku tercekat, tak terhitung beberapa kali aku makan sendirian, masih dengan alasan yang sama, aku suka sendiri, dan aku benci merepotkan orang lain. Tapi, kelihatan jomblo, ngenes pula, itu miris. Untuk beberapa waktu, aku mengurungkan niat makan sendiri, tapi itu tak bertahan lama. Beberapa hari berlalu dan aku kembali ke kebiasaanku.
Kembali ke perpustakaan, aku bukan orang yang rajin, tapi, aku berpikir perpustakaan adalah tempat yang tepat menghabiskan waktu sendirian. Aku akan mengincar tempat dimana terminal listrik, pojok wifi dan rak novel fantasi. Dan waktu berjam-jam takkan terasa berlalu.

Dan satu lagi, aku suka petualangan, aneh bukan? Biasanya mereka yang suka petualangan akan berkabung dengan klub lklub travelling, pecinta alam, panjat tebing, dan sebagainya, tapi aku tidak. Bisa ditebak, orang tuaku tak pernah mengijinkan bahkan segores serpihan kayu pun mengenaiku. Jadi aku lebih memilih berpetualangan dalam dunia novel fantasi, berharap suatu waktu cerita dalam novel itu benar-benar aku alami.
bersambung...

Sabtu, 07 Maret 2015

wanita dan belanja

wanita identik dengan belanja? kenapa?
mungkin ini memang tugasnya, belanja. lha memang siapa lagi? yg beli bahan makanan, yg beli pakaian anak-anak, pakaian suami, yg beli perabotan, alat  masak di dapur, nah. itu loh makanya wanita identik dengan belanja.
saya pun demikian, setiap libur pagi hari, saya belanja terus kok, belanja sayur, ikan, rempah2 :D
tapi, banyak orang mengartikan belanja itu yaa beli barang barang seperti baju, perhiasan, sepatu, tas, dan lain lain. padahal udah punya yah? trus buat apa lagi? 
ini tak berlaku buat semua wanita, untuk yg bekerja keras memeraih rejeki dari Allah, rasa rasanya tak gampang untuk mengeluarkan uang hanya demi koleksi barang2. lha wong kebutuhan sendiri aja masih belum cukup, mau koleksi pula.
dibandingkan mereka yg tinggal gesek saja, tentu wanita yg pertama ini sangat sangat memikirkan apa prioritas yg harus dibeli. at least, belanja bukanlah menjadi pilihan hobby mereka.
well, hanya meluruskan saja, wanita tidak identik dengan belanja yg beginian, kalau belanja pada umumnya sih iya. jadi, jangan salahartikan seorang wanita ya ;)

Rabu, 04 Maret 2015

masalah penelitian

TUGAS PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA





DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1.      DAYANG RIYANA (F04112002)
2.      UTHAMY AYUNINGRUM (F04112010)
3.      OCTAVIANI MUSTIKA SARI (F04112016)
4.      TRI MURWANTI (F04112033)
5.      NURHAZIZAH (F04112038)
6.      APRIAN SYAH PUTRA (F04112039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014

MASALAH PENELITIAN

A.    Indikator Ketercapaian
Indikator yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini adalah, pembaca mampu :
1.      menjelaskan dapat tidaknya suatu pertanyaan penelitian diteliti.
2.      memberikan minimal tiga buah contoh pertanyaan yang dapat diteliti.
3.      mendeskripsikan karakteristik pertanyaan penelitian yang baik.
4.      mengklarifikasi suatu pertanyaan penelitian agar tidak menjadi salah penafsiran.

B.     Masalah Penelitian Pendidikan
Masalah penelitian pendidikan merupakan fokus dari suatu investigasi yang ingin dipecahkan oleh peneliti. Masalah dapat saja berupa sesuatu yang tidak memuaskan seseorang adanya ketidakteraturan di sekolah, atau adanya hal-hal yang memerlukan perbaikan, metode pembelajaran, input siswa, dan sebagainya.
Seperti halnya penelitian pada umumnya, masalah penelitian dimulai atau diajukan dalam bentuk pertanyaan yang berperan sebagai fokus untuk diselidiki oleh si peneliti. Cobalah Anda perhatikan beberapa contoh pertanyaan di bawah ini:
1.      Apakah terapi yang terpusat pada siswa lebih memuaskan para siswa dibandingkan dengan terapi tradisional ?
2.      Bagaimana kita dapat memprediksi siswa mana yang memiliki masalah/kesulitan dalam mempelajari konsep tertentu ?
3.      Apakah perlakuan guru berbeda terhadap gender yang berbeda?
Apakah seluruh pertanyaan tersebut memungkinkan kita untuk dapat mengumpulkan data? Apakah pertanyaan tersebut dapat dilakukan pemecahannya? Untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah tentu dapat dilakukan. Misalnya :
1.      Pertanyaan pertama mengenai terapi yang berbeda terhadap siswa, dapat dilaksanakan melalui penelitian eksperimental.
2.      Pertanyaan kedua mengenai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep tertentu, dapat diteliti dengan penelitisn korelasional.
3.      Pertanyaan ketiga mengenai perlakuan guru terhadap gender yang berbeda, dapat diteliti dengan metode kausal komparatif.
Cobalah Anda perhatikan pertanyaan lain berikut ini:
1.      Haruskan filosofi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah?
2.      Apa arti kehidupan?
Mengapa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti? Apakah terdapat hambatan dari masalah penelitian tersebut bagi kita untuk mengumpulkan informasi dalam menjawab pertanyaan tersebut? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut sederhana dan jelas: Pada analisis akhir, kedua pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti. Tidak ada cara mengumpulkan informasi untuk menjawab kedua pertanyaan itu.
Pertanyaan pertama suatu pertanyaan mengenai value yang berimplikasi pada jawaban benar atau salah, layak atau tidak layak, dan oleh karenanya tidak memiliki acuan secara empiris (dapat diditeliti). Secara empiris tidak ada cara untuk menyetujui penggunaan kata kerja“harus”. Data apa yang dapat dikumpulkan? Tidak ada cara bagi kita untuk bertindak. Akan tetapi apabila pertanyaan tersebut diubah menjadi “Apakah orang-orang berpendapat bahwa filosofi harus dimasukkan dalan kurikulum sekolah?”, hal tersebut menjadi dapat diteliti karena sekarang kita dapat mengumpulkan data untuk membantu kita menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan kedua merupakan metafisika di alam, jenis pertanyaan ini terletak di luar akumulasi informasi. Sekarang cobalah perhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Manakah menurut Anda, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dapat diteliti?
1.      Apakah Tuhan itu baik ?
2.      Apakah anak-anak lebih senang jika diajar oleh guru yang memiliki gender sama?
3.      Apakah hasil belajar (achievement) di SMA berpengaruh terhadap hasil akademik di universitas ?
4.      Bagaimana cara mengajar grammar yang paling baik ?
5.      Apakah sekolah akan seperti sekarang jika perang dunia kedua tidak terjadi?
Pertanyaan nomor 2 dan 3 merupakan pertanyaan yang dapat diteliti, sedangkan pertanyaan 1, 4, dan 5 merupakan pertanyaan yang tidak dapat diteliti. Cobalah Anda identifikasi mengapa pertanyaan 2 dan 3 dapat diteliti dan pertanyaan 1, 4, dan 5 tidak dapat diteliti ?
C.    Identifikasi, Penentuan, Dan Perumusan Masalah
1.      Identifikasi Masalah
Permasalahan biasanya akan muncul apabila terdapat kesenjangan atau perbedaan: antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, dan hal-hal lain yang bertentangan antara apa yang diharapkan dan kenyataan.
Pada saat ini banyak sekali kesenjangan mengenai pengetahuan dan teknologi, informasi yang tersedia kurang mencukupi, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Untuk itulah penelitian dilakukan, sehingga kesenjangan tersebut dapat dihilangkan atau minimal dapat diperkecil.
Pernyataan masalah haruslah mendeskripsikan latar belakang masalah (faktor-faktor apa yang menyebabkan hal tersebut menjadi masalah) dan rasionalisasi atau jastifikasi untuk studi. Sesuatu yang legal atau etika yang bercabang-cabang yang terkait dengan masalah harus didiskusikan dan dipecahkan.
2.      Penentuan Masalah Penelitian
Penentuan masalah penelitian adalah sesuatu yang sangat penting bagi seorang peneliti. Setelah masalah diidentifikasi si peniliti harus secara tepat menentukan permasalahannya.  Karena kesalahan di dalam menentukan masalah, maka tujuan penelitian tidak akan tercapai atau kalaupun tercapai akan memakan waktu yang cukup lama. Setelah masalah diidentifikasi ada kemungkinan si peneliti akan menemukan permasalahan lebih dari satu.
Pentingnya menentukan masalah dengan tepat, dapat dicontohkan secara praktis pada kehidupan sehari-hari sebagai berikut: Seorang mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan, bukunya tertinggal di lemari yang terkunci. Ketika sampai di rumah untuk mengambil buku tersebut ternyata kunci lemarinya hilang. Dia harus cepat menentukan permasalahannya “Apakah mengambil buku yang ada dalam lemari atau mencari kunci yang  hilang” ?
Apabila permasalahannya mengambil buku maka dia akan berusaha semaksimal mungkin mengambil buku tersebut, apabila perlu dengan membuka paksa lemari tersebut. Akan tetapi apabila permasalahannya mencari kunci, dia tidak akan dapat memecahkan permasalahan (mengambil buku) tersebut sebelum kunci lemarinya ditemukan. Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut :
a.       Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
b.      Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan permasalahan.
c.       Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan  menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau permasalahan yang ditemukan.
d.      Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis.
Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian, namun satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu penelitian, adalah layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti. Pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu :
a.       Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya.
Pertimbangan akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar  teoritis penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk diteliti sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi penelitiannya. Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu kontek tertentu layak pula diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada kriteria tertentu hal ini, keputusannya akan tergantung kapada kecermatan dan ketajaman si peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh,dan menjangkau ke depan. Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan kemungkinan- kemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditelitinya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian.
b.      Arah calon peneliti.
Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan calon peneliti  baik dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat dan perlengkapan, kajian pustaka atau landasan teoritis yang dimiliki, dan penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah persyaratan di atas dapat dipenuhinya. Apabila tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pertimbangan-pertimbangan juga harus dilihat dari dua hal, yaitu:
a.       Pertimbangan personal
·         Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan harapan-harapan yang lain?
·         Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut?
·         Apakan untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan, kecakapan,  dan latar belakang pengetahuan yang memadai ?
·         Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut?
·         Apakah aya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian tersebut?
·         Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?
·         Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya menyerahkan laporan?
·         Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi, petunjuk/pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini?
b.      Pertimbangan sosial
·         Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap pengembangan  pengetahuan di lapangan ?
·         Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang lainnya ?
·         Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan penelitian - penelitian yang lain?
·         Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan yang ada sekarang ?
·         Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan memiliki nilai yang diragukan ?
3.      Merumuskan masalah
Setelah masalah ditentukan kemudian perlu dirumuskan. Namun pertanyaan - pertanyaan tersebut hendaknya termasuk ke dalam pertanyaan yang baik. Beberapa kesalahan umum dalam rumusan masalah adalah :
a.       Pengumpulan data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik.
b.      Mengambil kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan pertanyaan penelitian untuk hal tersebut.
c.       Definisi-definisi tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda yang menyebabkan interpretasi-interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan menjadi bercabang dan tidak sahih.
d.      Mengerjakan penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan permasalahan.
e.       Gagal dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar penelitian
f.       Tidak membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat dievalusi.
g.      Tidak mengemukakan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam pendekatan, secara implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada kesimpulan dan bagaimana mengaplikasikannya pada situasi yang lain.
h.      Tidak megantisipasi hipotesis alternatif
Memang tidak ada ketentuan atau aturan bagaimana cara merumuskan masalah, akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah tersebut:
a.       Dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan setengah jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.
b.      Padat dan jelas
c.       Memberikan petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data
d.      Minimal memiliki dua jenis variable, yaitu: variabel bebas, adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).
Sebagai contoh, di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah sebagai berikut:
·         Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa kelas 2 Sekolah Menengah Atas yang diajar dengan metode inkuiri dan metode diskusi?
Variabel bebas : Metode inkuiri dan metode diskusi
Variabel terikat: hasil belajar siswa SMAN Cisarompet kelas 2
Pada rumusan masalah tersebut si peneliti memperoleh petunjuk bahwa penelitiannya bersifat eksperimental, dia akan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen berupa soal pretes dan postes, akan mengajar minimal di dua kelas (satu kelas diajar dengan metode inkuiri dan kelas yang satunya lagi dengan metode diskusi). Bahkan di sini sudah dapat ditentukan statistik apa yang akan digunakan dalam pengolahan data.
·         Bagaimana perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki buku teks dan yang tidak memiliki buku teks?
·         Adakah korelasi antara NEM dengan prestasi belajar siswa di sekolah?
·         Mengapa pendekatan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?

D.    Karakteristik Pertanyaan Penelitian Yang Baik
Apabila pertanyaan penelitian telah dirumuskan, maka para peneliti berusaha agar pertanyaan penelitian tersebut merupakan sesuatu yang baik. Pertanyaan penelitian yang baik memiliki empat karakteristik sebagai berikut :
1.      Layak
Misalnya dapat diteliti tanpa memerlukan waktu, energy, atau uang yang terlalu banyak (tak terbatas). Suatu isu penting dalam perencanaan studi penelitian adalah fisibilitas. Pertanyaan yang fisibel adalah sesuatu yang dapat diteliti dengan sumber-sumber yang “available”. Sebagai contoh: penelitian yang menyangkut eksplorasi ruang, atau studi mengenai efek jangka panjang dari suatu program khusus memerlukan uang (biaya) dan energy yang sangat banyak. Untungnya pendidikan tidak seperti obat-obatan, bisnis, hukum, pertanian, farmakologi, atau militer yang penelitiannya tidak bersifat praktis. Kebanyakan penelitian yang dilakukan oleh sekolah atau institusi pendidikan lainnya dapat dilaksanakan di luar, misalnya guru besar suatu universitas bersama para mahasiswanya yang biasanya jika dibiayai oleh dana (grant) secara temporer. Di bawah ini dua contoh pertanyaan penelitian yang fisibel dan tidak fisibel.
Fisibel : Bagaimana hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas dapat yang belajar
dengan pembelajaran kooperatif learning tipe Jigsaw ?
Tidak fisibel: Bagaimana hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas di daerah tertinggal yang menggunakan computer ?
2.      Jelas
Pada umumnya orang memahami dengan jelas maksud dari pertanyaan tersebut. Dengan demikian pertanyaan penelitian tidak akan menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Sebagai contoh: Apakah belajar dengan kooperatif learning, efektif? Pada pertananyaan tersebut masih terdapat istilah-istilah yang memiliki arti ganda, misalnya: apa yang dimaksud dengan kooperatif learning, belum tentu semua orang tahu tentang kooperatif learning, tipe kooperatif learning mana yang akan digunakan karena kooperatif learning memiliki beberapa tipe. Istilah efektif juga kurang jelas apakah berarti peningkatan nilai akademik siswa, hasil-hasil yang membuat siswa lebih bahagia, membuat hidup lebih mudah bagia guru, atau ada maksud yang lain. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa dalam penelitian pendidikan banyak istilah atau kalimat yang perlu didefinisikan, sebagai contoh: “kecakapan membaca,” memiliki arti yang spesifik jadi tidak perlu didefinisikan “kecakapan” dan mebaca, sama seperti “video interaktif,” “ketidakmampuan belajar,” atau “pengajaran berbasis lingkungan,”
3.      Signifikan
Suatu pertanyaan penelitian yang menunjukan manfaat atau kebermaknaan karena memberikan kontribusi pengetahuan yang cukup penting atau berarti bagi manusia. Dalam penelitian pendidikan, banyak sekali kaitan antara satu penelitian dengan pembaharuan atau inovasi pembelajaran di kelas. Adakah kontribusi penelitian yang dilakukan terhadap inovasi pembelajaran, dan sebagainya.
4.      Etik
Tidak menyebabkan kerusakan fisik atau psikologi kemanusiaan, atau kerusakan alam dan lingkungan sosial dimana mereka berada. Dalam merencanakan suatu penelitian, peneliti harus bertanggung jawab untuk membuat evaluasi mengenai kode etik secara seksama sehingga diterima oleh semuanya. Peneliti harus melindungi partisipan dari ketidaknyamanan fisik dan mental, kecelakaan, dan bahaya dari prosedur penelitian yang dilakukannya. Selain itu peneliti juga harus menjamin keabsahan data penelitian yang diperolehnya.

E.     Klarifikasi Terhadap Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, seringkali istilah-istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian memiliki arti ganda, sehingga terjadi salah penafsiran dari orang yang membacanya. Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi luas.
1.      Definisi Nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia ialah orang. Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance. Asal-usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.      Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi [[terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
3.      Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.
4.      Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.
5.      Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat pendek.
Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas.
Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional. Karena itu konsep tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Terdapat tiga cara untuk mengklarifikasi pertanyaan penelitian tersebut sehingga istilah tersebut menjadi jelas maksudnya. Cara tersebut di antaranya :
1.      Definisi istilah
Cara ini umumnya menggunakan pendekatan kamus. Para peneliti “simply” menggunakan kata lain untuk mengatakan lebih jelas apa maksud dari kata tersebut. Akan tetapi seringkali definisi istilah tersebut masih kurang menjelaskan apa yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian, mislanya: istilah “hasil belajar”. Pengertian ini bila dilihat dari kamus, mungkin berbeda dengan yang dimaksud oleh si peneliti.
2.      Melalui contoh
Contoh dapat juga digunakan untuk meluruskan suatu istilah yang bermakna ganda. Contoh dapat berupa bendanya atau proses.
3.      Definisi operasional
Hal tersebut dilakukan, selain untuk meluruskan pengertian atau arti dari suatu istilah dalam pertanyaan penelitian, juga digunakan sebagai petunjuk bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa apabila dia mau melakukan penelitian yang sama. Dengan demikian, orang yang akan melakukan penelitian tersebut tidak akan salah dalam mengartikan istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian. Sebagai contoh: istilah “hasil belajar” yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian hendaknya didefinisikan secara jelas: apakah hasil postes atau gain, adakah nilai-nilai atau komponen lain seperti nilai tugas, aktivitas selama proses pembelajaran, dan lain-lain yang menentukan hasil belajar tersebut.
Definisi operasional adalah definisi-definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti lain. Ada tiga macam cara menyusun definisi operasional, yaitu :
1.      Menekankan pada pada kegiatan apa yang perlu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok siswa di bawah bimbingan guru. Mungkin pengertian metode diskusi menurut kamus berbeda dengan definisi operasional itu.
2.      Menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa yang setiap kelompoknya beranggotakan 5 orang. Secara bergantian masing-masing kelompok tersebut mempresentasikan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas selama 10 menit.
3.      Menekankan pada sifat-sifat statis dari hal yang didefinisikan. Contoh: Siswa yang hasil belajarnya baik adalah siswa yang hasil belajarnya lebih atau sama dengan 80, aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya.
F.     Pengamatan Skripsi
1.      Dari skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Number Heads Together Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Fungsi Di Kelas 8 SMPN 9 Pontianak” oleh Cia Mardia
Masalah penelitian :
Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kooperatif model number heads together terhadap hasil belajar siswa pada materi fungsi di kelas 8 SMPN 9 Pontianak?
Rumusan masalah :
1.      Berapakah rata-rata hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif model NHT pada materi fungsi ?
2.      Berapakah rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi dengan pembelajaran biasa pada materi fungsi?
3.      Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif model NHT dengan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan pembelajaran biasa pada metri fungsi?
4.      Seberapa besar pengaruh pembelajaran kooperatif model NHT terhadap hasil belajar siswa pada materi fungsi dikelas VIII SMP ?
Pertanyaan pertama mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif model number heads together, dapat dilaksanakan melalui penelitian eksperimen (metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan : sugiyono, 2008)
Teknik pengumpulan data :
Dengan teknik pengukuran, yakni cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Teknik pengukuran dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar sebagai pengumpul datanya.
Definisi Operasional :
1.      Pengaruh Pembelajaran
Pengaruh pembelajaran dalam penelitian ini adalah perubahan hasil belajar siswa diberikan dengan pembelaran kooperatif tipe NHT dikelas VII SMP N 9 Pontianak pada materi  fungsi. Secara statistik untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan analisis dengan perhitungan effect size.
2.      Pembelajar kooperatif model NHT
Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif model NHT dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dengan 6 tahap dimana terdiri dari 6 kelompok yang beranggotakan 5 siswa dalam masing-masing kelompok. Setiap anggota memiliki 1 nomor. Guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok dan guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya.
3.      Pembelajaran biasa
Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran biasa dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru disekolah tempat penelitian yaitu pembelajaran dimulai dari teori (metode ceramah) kemudian diberikan contoh soal dan dilajutkan dengan latihan soal
4.      Hasil belajar siswa
Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar siswa yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai materi pembelajaran disekolah dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh dari test mengenai sejumlah materi tersebut. Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari pre-test dan post-test pada materi fungsi.



5.      Materi fungsi
Fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang memasangkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.
2.      Dari skripsi yang berjudul “Kemampuan representasi matematis siswa dalam pertidaksamaan pecahan kelas X SMA”
Masalah penelitian :
Bagaimana variasi representasi siswa dalam menyelesaikan permasalahn matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan di kelas X SMA?
Menggunakan metode penelitian deskriptif khususnya bentuk penelitian dengan cara survey (penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual dari suatu kelompok ataupun suatu daerah : nasir, 1988).
Rumusan Masalah :
1.      Bagaimanakah kemampuan representasi matematis siswa dalam pertidaksamaan pecahan dikelas X SMA ?
2.      Adakah perbedaan penguasaan berbagai representasi dikaitkan dengan tingkat kemampuan siswa ?
3.      Bagaimanakah hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi ?
Teknik pengumpulan data :
Dengan menggunakan pengukuran dan wawancara. Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian soal tes tertulis berbentuk esai yang dikerjakan siswa.
Definisi operasional:
1.      Variasi representasi siswa
Menurut KBBI “Variasi adalah mempunyai berbagai bentuk” (Poewadarminta, 1976: 612). Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan variasi representasi siswa dalam penelitian ini adalah bentuk tampilan jawaban dalam berbagai bentuk yang dibuat oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu tersebut siswa dapat menyelesaikannya dalam berbagai bentuk representasi seperti representasi dalam bentuk garis bilangan (selang/ interval), grafik dan simbolik.
2.      Kemampuan siswa
Dalam KBBI “Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan) ((Poewadarminta, 1976: 571). Berdasarkan pengertian tersebut maka kemampuan siswa di dalam penelitian ini diartikan sebagai kesanggupan siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika.
3.      Penguasaan berbagai representasi
Dalam KBBI “Penguasaan adalah perbuatan (hal dsb) menguasai dan menguasakan” (Poewadarminta, 1976: 598). Sedangkan pengertian representasi dalam penelitian ini adalah suatu cara penyelesaian permasalahan matematika yang mana cara penyelesaiannya dapat menggunakan bentuk garis bilangan (selang/ interval), grafik atau simbolik. Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan penguasaan berbagai representasi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menguasai berbagai cara dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu.
4.      Tingkat kemampuan siswa
Dalam KBBI “Tingkat dapat diartikan sebagai tahap, fase, jenjang atau ukuran tinggi rendahnya sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari sesuatu tertentu” ((Poewadarminta, 1976: 601). Menurut pengertian tersebut maka tingkat kemampuan siswa dalam penelitian ini adalah ukuran tinggi rendahnya kesanggupan, kekuatan atau kecakapan seorang siswa untuk melakukan suatu pemecahan masalah matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan satu variabel untuk bentuk polinom derajat satu, yang mana ukuran tersebut terbagi dalam tiga tingkatan yaitu siswa tingkat atas, sedang dan bawah.
5.      Hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi
Dalam KBBI “Hubungan dapat diartikan sebagai kaitan, bersambung, berangkaian” (Poewadarminta, 1976: 289). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi adalah hubungan (kaitan) antara kemampuan siswa dengan kemampuan dalam menggunakan berbagai bentuk representasi untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu.