Ada masa saat aku benar benar menikmati kesendirianku.
Berjalan sendiri, belanja sendiri, makan sendiri. Aku pun punya tempat dimana
aku benar benar merasa sendiri, bukan dalam arti yang sesungguhnya. Tempat yang
ramai, tapi keadaan sunyi senyap. Yup! Perpustakaan. Cocok sekali karena aku
suka membaca, novel terutama. Aku akan bertahan bahkan sampai membeku di dalam
perpustakaan yang dingin. Aku suka karena aku sendiri.
Aku bukannya tidak memiliki teman, aku bukan orang yang
–yah, setidaknya tidak terlalu, freak. Aku ramah, walau tidak supel, aku bukan
orang cupu yang hanya sendiri sepanjang hidupnya. Jadi, aku punya
teman,dan bisa kubilang banyak. Hanya
saja, sendirian memiliki sensasi tersendiri buatku, dan terkadang, membawa
teman itu merepotkan, bukan untukku, tapi untuk mereka. Aku sih tak masalah
ketika mereka ingin membawaku menemani mereka, kemana pun, selama bukan
ketempat orang jahat. Terkadang aku menemani mereka belanja, makan, ke mall.
Dan aku tak bermasalah dengan itu. Tapi aku bermasalah saat membawa mereka
bersamaku, walau sebentar, aku hanya tak ingin mereka repot walau mereka tak
menunjukkannya.
Pernah sekali aku benar benar ragu untuk pergi ke suatu
tempat, sendirian. Dan itu kali pertamaku meminta bantuan seorang teman untuk
menemani. Hanya sebentar, dan untuk beberapa kali aku meminta teman lainnya
menemaniku ke sana. Selebihnya, aku pergi sendiri. Dan tak masalah hingga kini.
Suatu waktu, aku terpengaruh dengan perkataan seorang teman,
“orang yang makan sendirian itu, keliatan banget jomblonya,” aku tercekat, tak
terhitung beberapa kali aku makan sendirian, masih dengan alasan yang sama, aku
suka sendiri, dan aku benci merepotkan orang lain. Tapi, kelihatan jomblo,
ngenes pula, itu miris. Untuk beberapa waktu, aku mengurungkan niat makan sendiri,
tapi itu tak bertahan lama. Beberapa hari berlalu dan aku kembali ke
kebiasaanku.
Kembali ke perpustakaan, aku bukan orang yang rajin, tapi,
aku berpikir perpustakaan adalah tempat yang tepat menghabiskan waktu
sendirian. Aku akan mengincar tempat dimana terminal listrik, pojok wifi dan
rak novel fantasi. Dan waktu berjam-jam takkan terasa berlalu.
Dan satu lagi, aku suka
petualangan, aneh bukan? Biasanya mereka yang suka petualangan akan berkabung
dengan klub lklub travelling, pecinta alam, panjat tebing, dan sebagainya, tapi
aku tidak. Bisa ditebak, orang tuaku tak pernah mengijinkan bahkan segores
serpihan kayu pun mengenaiku. Jadi aku lebih memilih berpetualangan dalam dunia
novel fantasi, berharap suatu waktu cerita dalam novel itu benar-benar aku alami.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar