Senin, 16 Maret 2015

sendiri

Ada masa saat aku benar benar menikmati kesendirianku. Berjalan sendiri, belanja sendiri, makan sendiri. Aku pun punya tempat dimana aku benar benar merasa sendiri, bukan dalam arti yang sesungguhnya. Tempat yang ramai, tapi keadaan sunyi senyap. Yup! Perpustakaan. Cocok sekali karena aku suka membaca, novel terutama. Aku akan bertahan bahkan sampai membeku di dalam perpustakaan yang dingin. Aku suka karena aku sendiri.
Aku bukannya tidak memiliki teman, aku bukan orang yang –yah, setidaknya tidak terlalu, freak. Aku ramah, walau tidak supel, aku bukan orang cupu yang hanya sendiri sepanjang hidupnya. Jadi, aku punya teman,dan  bisa kubilang banyak. Hanya saja, sendirian memiliki sensasi tersendiri buatku, dan terkadang, membawa teman itu merepotkan, bukan untukku, tapi untuk mereka. Aku sih tak masalah ketika mereka ingin membawaku menemani mereka, kemana pun, selama bukan ketempat orang jahat. Terkadang aku menemani mereka belanja, makan, ke mall. Dan aku tak bermasalah dengan itu. Tapi aku bermasalah saat membawa mereka bersamaku, walau sebentar, aku hanya tak ingin mereka repot walau mereka tak menunjukkannya.
Pernah sekali aku benar benar ragu untuk pergi ke suatu tempat, sendirian. Dan itu kali pertamaku meminta bantuan seorang teman untuk menemani. Hanya sebentar, dan untuk beberapa kali aku meminta teman lainnya menemaniku ke sana. Selebihnya, aku pergi sendiri. Dan tak masalah hingga kini.
Suatu waktu, aku terpengaruh dengan perkataan seorang teman, “orang yang makan sendirian itu, keliatan banget jomblonya,” aku tercekat, tak terhitung beberapa kali aku makan sendirian, masih dengan alasan yang sama, aku suka sendiri, dan aku benci merepotkan orang lain. Tapi, kelihatan jomblo, ngenes pula, itu miris. Untuk beberapa waktu, aku mengurungkan niat makan sendiri, tapi itu tak bertahan lama. Beberapa hari berlalu dan aku kembali ke kebiasaanku.
Kembali ke perpustakaan, aku bukan orang yang rajin, tapi, aku berpikir perpustakaan adalah tempat yang tepat menghabiskan waktu sendirian. Aku akan mengincar tempat dimana terminal listrik, pojok wifi dan rak novel fantasi. Dan waktu berjam-jam takkan terasa berlalu.

Dan satu lagi, aku suka petualangan, aneh bukan? Biasanya mereka yang suka petualangan akan berkabung dengan klub lklub travelling, pecinta alam, panjat tebing, dan sebagainya, tapi aku tidak. Bisa ditebak, orang tuaku tak pernah mengijinkan bahkan segores serpihan kayu pun mengenaiku. Jadi aku lebih memilih berpetualangan dalam dunia novel fantasi, berharap suatu waktu cerita dalam novel itu benar-benar aku alami.
bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar