TUGAS
PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1.
DAYANG
RIYANA (F04112002)
2.
UTHAMY
AYUNINGRUM (F04112010)
3.
OCTAVIANI
MUSTIKA SARI (F04112016)
4.
TRI
MURWANTI (F04112033)
5.
NURHAZIZAH
(F04112038)
6.
APRIAN
SYAH PUTRA (F04112039)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
MASALAH PENELITIAN
A.
Indikator Ketercapaian
Indikator
yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini adalah, pembaca mampu :
1. menjelaskan
dapat tidaknya suatu pertanyaan penelitian diteliti.
2. memberikan
minimal tiga buah contoh pertanyaan yang dapat diteliti.
3. mendeskripsikan
karakteristik pertanyaan penelitian yang baik.
4. mengklarifikasi
suatu pertanyaan penelitian agar tidak menjadi salah penafsiran.
B.
Masalah Penelitian Pendidikan
Masalah penelitian pendidikan merupakan fokus dari suatu
investigasi yang ingin dipecahkan oleh peneliti. Masalah dapat saja berupa
sesuatu yang tidak memuaskan seseorang adanya ketidakteraturan di sekolah, atau
adanya hal-hal yang memerlukan perbaikan, metode pembelajaran, input siswa, dan
sebagainya.
Seperti halnya penelitian pada umumnya, masalah penelitian
dimulai atau diajukan dalam bentuk pertanyaan yang berperan sebagai fokus untuk
diselidiki oleh si peneliti. Cobalah Anda perhatikan beberapa contoh pertanyaan
di bawah ini:
1. Apakah
terapi yang terpusat pada siswa lebih memuaskan para siswa dibandingkan dengan
terapi tradisional ?
2. Bagaimana
kita dapat memprediksi siswa mana yang memiliki masalah/kesulitan dalam
mempelajari konsep tertentu ?
3. Apakah
perlakuan guru berbeda terhadap gender yang berbeda?
Apakah seluruh pertanyaan tersebut memungkinkan kita untuk
dapat mengumpulkan data? Apakah pertanyaan tersebut dapat dilakukan
pemecahannya? Untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah tentu dapat dilakukan.
Misalnya :
1. Pertanyaan
pertama mengenai terapi yang berbeda terhadap siswa, dapat dilaksanakan melalui
penelitian eksperimental.
2. Pertanyaan
kedua mengenai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep tertentu, dapat
diteliti dengan penelitisn korelasional.
3. Pertanyaan
ketiga mengenai perlakuan guru terhadap gender yang berbeda, dapat diteliti
dengan metode kausal komparatif.
Cobalah Anda perhatikan pertanyaan lain berikut ini:
1.
Haruskan filosofi dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah?
2.
Apa arti kehidupan?
Mengapa
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti? Apakah terdapat hambatan
dari masalah penelitian tersebut bagi kita untuk mengumpulkan informasi dalam
menjawab pertanyaan tersebut? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut sederhana
dan jelas: Pada analisis akhir, kedua pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti.
Tidak ada cara mengumpulkan informasi untuk menjawab kedua pertanyaan itu.
Pertanyaan
pertama suatu pertanyaan mengenai value yang berimplikasi pada jawaban benar
atau salah, layak atau tidak layak, dan oleh karenanya tidak memiliki acuan
secara empiris (dapat diditeliti). Secara empiris tidak ada cara untuk
menyetujui penggunaan kata kerja“harus”. Data apa yang dapat dikumpulkan? Tidak
ada cara bagi kita untuk bertindak. Akan tetapi apabila pertanyaan tersebut
diubah menjadi “Apakah orang-orang berpendapat bahwa filosofi harus dimasukkan
dalan kurikulum sekolah?”, hal tersebut menjadi dapat diteliti karena sekarang
kita dapat mengumpulkan data untuk membantu kita menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan
kedua merupakan metafisika di alam, jenis pertanyaan ini terletak di luar
akumulasi informasi. Sekarang cobalah perhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini. Manakah menurut Anda, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dapat
diteliti?
1.
Apakah Tuhan itu baik ?
2.
Apakah anak-anak lebih senang jika diajar oleh
guru yang memiliki gender sama?
3.
Apakah hasil belajar (achievement) di SMA
berpengaruh terhadap hasil akademik di universitas ?
4.
Bagaimana cara mengajar grammar yang paling baik
?
5.
Apakah sekolah akan seperti sekarang jika perang
dunia kedua tidak terjadi?
Pertanyaan
nomor 2 dan 3 merupakan pertanyaan yang dapat diteliti, sedangkan pertanyaan 1,
4, dan 5 merupakan pertanyaan yang tidak dapat diteliti. Cobalah Anda
identifikasi mengapa pertanyaan 2 dan 3 dapat diteliti dan pertanyaan 1, 4, dan
5 tidak dapat diteliti ?
C.
Identifikasi, Penentuan, Dan Perumusan
Masalah
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan biasanya akan muncul apabila terdapat
kesenjangan atau perbedaan: antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam
kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, dan hal-hal lain
yang bertentangan antara apa yang diharapkan dan kenyataan.
Pada saat ini banyak sekali kesenjangan mengenai pengetahuan
dan teknologi, informasi yang tersedia kurang mencukupi, teknologi yang ada
tidak memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Untuk itulah penelitian dilakukan,
sehingga kesenjangan tersebut dapat dihilangkan
atau minimal dapat diperkecil.
Pernyataan masalah haruslah mendeskripsikan latar belakang
masalah (faktor-faktor apa yang menyebabkan hal tersebut menjadi masalah) dan
rasionalisasi atau jastifikasi untuk studi. Sesuatu yang legal atau etika yang
bercabang-cabang yang terkait dengan masalah harus didiskusikan dan dipecahkan.
2. Penentuan Masalah Penelitian
Penentuan masalah penelitian adalah sesuatu yang sangat
penting bagi seorang peneliti. Setelah masalah diidentifikasi si peniliti harus
secara tepat menentukan permasalahannya.
Karena kesalahan di dalam menentukan masalah, maka tujuan penelitian
tidak akan tercapai atau kalaupun tercapai akan memakan waktu yang cukup lama.
Setelah masalah diidentifikasi ada kemungkinan si peneliti akan menemukan
permasalahan lebih dari satu.
Pentingnya menentukan masalah dengan tepat, dapat dicontohkan
secara praktis pada kehidupan sehari-hari sebagai berikut: Seorang mahasiswa
yang akan mengikuti perkuliahan, bukunya tertinggal di lemari yang terkunci.
Ketika sampai di rumah untuk mengambil buku tersebut ternyata kunci lemarinya
hilang. Dia harus cepat menentukan permasalahannya “Apakah mengambil buku yang
ada dalam lemari atau mencari kunci yang
hilang” ?
Apabila permasalahannya mengambil buku maka dia akan berusaha
semaksimal mungkin mengambil buku tersebut, apabila perlu dengan membuka paksa
lemari tersebut. Akan tetapi apabila permasalahannya mencari kunci, dia tidak
akan dapat memecahkan permasalahan (mengambil buku) tersebut sebelum kunci
lemarinya ditemukan. Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan
bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut :
a. Dipilih
dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
b. Memudahkan
dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan permasalahan.
c. Memudahkan
dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau
permasalahan yang ditemukan.
d. Memiliki
literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi sebagai
landasan untuk pembentukan hipotesis.
Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah
penelitian, namun satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan
suatu penelitian, adalah layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti.
Pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada
dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu :
a. Arah
masalahnya atau dari sudut objektifnya.
Pertimbangan
akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan memberikan sumbangan
terhadap pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan pemecahan
masalah-masalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk
diteliti sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi
penelitiannya. Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu
kontek tertentu layak pula diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada
kriteria tertentu hal ini, keputusannya akan tergantung kapada kecermatan dan
ketajaman si peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh,dan
menjangkau ke depan. Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah
memikirkan kemungkinan- kemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang
relevan untuk memecahkan masalah yang ditelitinya atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
b. Arah
calon peneliti.
Dari
arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan calon
peneliti baik dilihat dari biaya, waktu
yang tersedia, ketersediaan alat dan perlengkapan, kajian pustaka atau landasan
teoritis yang dimiliki, dan penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu
dalam melakukan penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya
sendiri apakah persyaratan di atas dapat dipenuhinya. Apabila tidak, sebaiknya
dipilih masalah lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga
memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pertimbangan-pertimbangan juga harus dilihat dari dua hal,
yaitu:
a. Pertimbangan
personal
·
Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dan harapan-harapan yang lain?
·
Apakah saya benar-benar tertarik dengan
permasalahan tersebut?
·
Apakan untuk meneliti permasalah tersebut saya
memiliki keterampilan, kecakapan, dan
latar belakang pengetahuan yang memadai ?
·
Apakah saya memiliki akses peralatan,
laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan
tersebut?
·
Apakah aya memiliki waktu dan biaya untuk
menyelesaikan penelitian tersebut?
·
Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?
·
Apakah masalah yang saya teliti memiliki
signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya menyerahkan laporan?
·
Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi,
petunjuk/pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini?
b. Pertimbangan
sosial
·
Apakah hasil penelitian ini dihargai dan
memiliki kontribusi terhadap pengembangan
pengetahuan di lapangan ?
·
Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki
nilai terhadap para pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang
lainnya ?
·
Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk
bagi pengembangan penelitian - penelitian yang lain?
·
Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu
diperluas di luar keterbatasan yang ada sekarang ?
·
Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup
reliable dalam melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan
memiliki nilai yang diragukan ?
3. Merumuskan masalah
Setelah masalah ditentukan kemudian perlu dirumuskan. Namun
pertanyaan - pertanyaan tersebut hendaknya termasuk ke dalam pertanyaan yang
baik. Beberapa kesalahan umum dalam rumusan masalah adalah :
a. Pengumpulan
data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik.
b. Mengambil
kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan pertanyaan penelitian
untuk hal tersebut.
c. Definisi-definisi
tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda yang menyebabkan
interpretasi-interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan menjadi bercabang dan tidak
sahih.
d. Mengerjakan
penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan permasalahan.
e. Gagal
dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar penelitian
f. Tidak
membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat dievalusi.
g. Tidak
mengemukakan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam pendekatan, secara
implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada kesimpulan dan
bagaimana mengaplikasikannya pada situasi yang lain.
h. Tidak
megantisipasi hipotesis alternatif
Memang tidak ada ketentuan atau aturan bagaimana cara
merumuskan masalah, akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah tersebut:
a. Dibuat
dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan setengah
jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.
b. Padat
dan jelas
c. Memberikan
petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data
d. Minimal
memiliki dua jenis variable, yaitu: variabel
bebas, adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).
Sebagai contoh, di bawah ini diberikan beberapa contoh
rumusan masalah sebagai berikut:
·
Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa
kelas 2 Sekolah Menengah Atas yang diajar dengan metode inkuiri dan metode
diskusi?
Variabel bebas : Metode inkuiri dan
metode diskusi
Variabel terikat: hasil belajar siswa
SMAN Cisarompet kelas 2
Pada
rumusan masalah tersebut si peneliti memperoleh petunjuk bahwa penelitiannya
bersifat eksperimental, dia akan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen
berupa soal pretes dan postes, akan mengajar minimal di dua kelas (satu kelas
diajar dengan metode inkuiri dan kelas yang satunya lagi dengan metode
diskusi). Bahkan di sini sudah dapat ditentukan statistik apa yang akan
digunakan dalam pengolahan data.
·
Bagaimana perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang memiliki buku teks dan yang tidak memiliki buku teks?
·
Adakah korelasi antara NEM dengan prestasi
belajar siswa di sekolah?
·
Mengapa pendekatan lingkungan dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan
hasil
belajar siswa?
D.
Karakteristik Pertanyaan Penelitian Yang
Baik
Apabila pertanyaan penelitian telah dirumuskan, maka para
peneliti berusaha agar pertanyaan penelitian tersebut merupakan sesuatu yang
baik. Pertanyaan penelitian yang baik memiliki empat karakteristik sebagai
berikut :
1. Layak
Misalnya
dapat diteliti tanpa memerlukan waktu, energy, atau uang yang terlalu banyak
(tak terbatas). Suatu isu penting dalam perencanaan studi penelitian adalah
fisibilitas. Pertanyaan yang fisibel adalah sesuatu yang dapat diteliti dengan
sumber-sumber yang “available”. Sebagai contoh: penelitian yang menyangkut
eksplorasi ruang, atau studi mengenai efek jangka panjang dari suatu program
khusus memerlukan uang (biaya) dan energy yang sangat banyak. Untungnya
pendidikan tidak seperti obat-obatan, bisnis, hukum, pertanian, farmakologi,
atau militer yang penelitiannya tidak bersifat praktis. Kebanyakan penelitian
yang dilakukan oleh sekolah atau institusi pendidikan lainnya dapat
dilaksanakan di luar, misalnya guru besar suatu universitas bersama para
mahasiswanya yang biasanya jika dibiayai oleh dana (grant) secara temporer. Di
bawah ini dua contoh pertanyaan penelitian yang fisibel dan tidak fisibel.
Fisibel
: Bagaimana hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas dapat yang belajar
dengan pembelajaran kooperatif learning tipe Jigsaw ?
Tidak
fisibel: Bagaimana hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas di daerah
tertinggal yang menggunakan computer ?
2.
Jelas
Pada umumnya orang
memahami dengan jelas maksud dari pertanyaan tersebut. Dengan demikian
pertanyaan penelitian tidak akan menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.
Sebagai contoh: Apakah belajar dengan kooperatif learning, efektif? Pada
pertananyaan tersebut masih terdapat istilah-istilah yang memiliki arti ganda,
misalnya: apa yang dimaksud dengan kooperatif learning, belum tentu semua orang
tahu tentang kooperatif learning, tipe kooperatif learning mana yang akan
digunakan karena kooperatif learning memiliki beberapa tipe. Istilah efektif
juga kurang jelas apakah berarti peningkatan nilai akademik siswa, hasil-hasil
yang membuat siswa lebih bahagia, membuat hidup lebih mudah bagia guru, atau
ada maksud yang lain. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa dalam penelitian
pendidikan banyak istilah atau kalimat yang perlu didefinisikan, sebagai
contoh: “kecakapan membaca,” memiliki arti yang spesifik jadi tidak perlu
didefinisikan “kecakapan” dan mebaca, sama seperti “video interaktif,”
“ketidakmampuan belajar,” atau “pengajaran berbasis lingkungan,”
3.
Signifikan
Suatu pertanyaan
penelitian yang menunjukan manfaat atau kebermaknaan karena memberikan
kontribusi pengetahuan yang cukup penting atau berarti bagi manusia. Dalam
penelitian pendidikan, banyak sekali kaitan antara satu penelitian dengan
pembaharuan atau inovasi pembelajaran di kelas. Adakah kontribusi penelitian
yang dilakukan terhadap inovasi pembelajaran, dan sebagainya.
4. Etik
Tidak
menyebabkan kerusakan fisik atau psikologi kemanusiaan, atau kerusakan alam dan
lingkungan sosial dimana mereka berada. Dalam merencanakan suatu penelitian,
peneliti harus bertanggung jawab untuk membuat evaluasi mengenai kode etik
secara seksama sehingga diterima oleh semuanya. Peneliti harus melindungi
partisipan dari ketidaknyamanan fisik dan mental, kecelakaan, dan bahaya dari
prosedur penelitian yang dilakukannya. Selain itu peneliti juga harus menjamin
keabsahan data penelitian yang diperolehnya.
E.
Klarifikasi Terhadap Pertanyaan
Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas,
seringkali istilah-istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian memiliki
arti ganda, sehingga terjadi salah penafsiran dari orang yang membacanya.
Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi luas.
1.
Definisi Nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi
jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia ialah orang. Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance. Asal-usul sebuah kata dalam definisi
nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos"
berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.
Definisi
Formal
Definisi formal disebut juga definisi [[terminologis,
yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur.
Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus",
"pembeda" (deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam
definiens. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang
dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga
definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah
mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu
kegiatan.
4.
Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk
mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun
berdasarkan paradigma (pola pikir)
nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau
tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai
dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat
dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau
pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.
5.
Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya
terdiri atas satu paragraf. Definisi ini
diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak
dapat dijelaskan dengan kalimat pendek.
Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya
berisi satu gagasan yang merupakan
definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau
diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas.
Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan
dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan
dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam,
langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional. Karena
itu konsep tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui
perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek
kehidupan bangsa dan negara.
Terdapat tiga cara untuk mengklarifikasi pertanyaan
penelitian tersebut sehingga istilah tersebut menjadi jelas maksudnya. Cara
tersebut di antaranya :
1. Definisi istilah
Cara
ini umumnya menggunakan pendekatan kamus. Para peneliti “simply” menggunakan
kata lain untuk mengatakan lebih jelas apa maksud dari kata tersebut. Akan
tetapi seringkali definisi istilah tersebut masih kurang menjelaskan apa yang
dimaksud dalam pertanyaan penelitian, mislanya: istilah “hasil belajar”.
Pengertian ini bila dilihat dari kamus, mungkin berbeda dengan yang dimaksud
oleh si peneliti.
2.
Melalui
contoh
Contoh dapat juga
digunakan untuk meluruskan suatu istilah yang bermakna ganda. Contoh dapat
berupa bendanya atau proses.
3. Definisi operasional
Hal
tersebut dilakukan, selain untuk meluruskan pengertian atau arti dari suatu
istilah dalam pertanyaan penelitian, juga digunakan sebagai petunjuk bagi orang
lain untuk melakukan hal yang serupa apabila dia mau melakukan penelitian yang
sama. Dengan demikian, orang yang akan melakukan penelitian tersebut tidak akan
salah dalam mengartikan istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian.
Sebagai contoh: istilah “hasil belajar” yang dimaksud dalam
pertanyaan penelitian hendaknya didefinisikan secara jelas: apakah hasil postes
atau gain, adakah nilai-nilai atau komponen lain seperti nilai tugas, aktivitas
selama proses pembelajaran, dan lain-lain yang menentukan hasil belajar
tersebut.
Definisi operasional adalah definisi-definisi yang didasarkan
atas sifat-sifat yang didefinisikan dapat diamati dan dilaksanakan oleh
peneliti lain. Ada tiga macam cara menyusun definisi operasional, yaitu :
1. Menekankan
pada pada kegiatan apa yang perlu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah
metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok siswa di bawah bimbingan guru.
Mungkin pengertian metode diskusi menurut kamus berbeda dengan definisi
operasional itu.
2. Menekankan
pada bagaimana kegiatan itu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah metode
tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa yang setiap kelompoknya
beranggotakan 5 orang. Secara bergantian masing-masing kelompok tersebut
mempresentasikan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas selama 10
menit.
3. Menekankan
pada sifat-sifat statis dari hal yang didefinisikan. Contoh: Siswa yang hasil
belajarnya baik adalah siswa yang hasil belajarnya lebih atau sama dengan 80, aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran, tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya.
F.
Pengamatan
Skripsi
1. Dari
skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Model Number Heads Together Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Fungsi Di Kelas 8 SMPN 9 Pontianak” oleh Cia Mardia
Masalah
penelitian :
Bagaimanakah
pengaruh pembelajaran kooperatif model number heads together terhadap hasil
belajar siswa pada materi fungsi di kelas 8 SMPN 9 Pontianak?
Rumusan
masalah :
1. Berapakah
rata-rata hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif model
NHT pada materi fungsi ?
2. Berapakah
rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi dengan pembelajaran biasa pada
materi fungsi?
3. Apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa yang
diajar dengan pembelajaran kooperatif model NHT dengan rata-rata hasil belajar
yang diajar dengan pembelajaran biasa pada metri fungsi?
4. Seberapa
besar pengaruh pembelajaran kooperatif model NHT terhadap hasil belajar siswa
pada materi fungsi dikelas VIII SMP ?
Pertanyaan
pertama mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif model number heads together,
dapat dilaksanakan melalui penelitian eksperimen (metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan : sugiyono, 2008)
Teknik
pengumpulan data :
Dengan
teknik pengukuran, yakni cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk
mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma
tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Teknik pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan tes hasil belajar sebagai pengumpul datanya.
Definisi
Operasional :
1. Pengaruh
Pembelajaran
Pengaruh pembelajaran
dalam penelitian ini adalah perubahan hasil belajar siswa diberikan dengan
pembelaran kooperatif tipe NHT dikelas VII SMP N 9 Pontianak pada materi fungsi. Secara statistik untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan analisis dengan
perhitungan effect size.
2. Pembelajar
kooperatif model NHT
Adapun yang dimaksud
dengan pembelajaran kooperatif model NHT dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dengan 6 tahap dimana terdiri dari 6
kelompok yang beranggotakan 5 siswa dalam masing-masing kelompok. Setiap
anggota memiliki 1 nomor. Guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama
dalam kelompok dan guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya.
3. Pembelajaran
biasa
Adapun yang dimaksud
dengan pembelajaran biasa dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru disekolah tempat penelitian yaitu pembelajaran dimulai dari
teori (metode ceramah) kemudian diberikan contoh soal dan dilajutkan dengan
latihan soal
4. Hasil
belajar siswa
Adapun yang dimaksud
dengan hasil belajar siswa yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
materi pembelajaran disekolah dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh dari
test mengenai sejumlah materi tersebut. Dengan demikian yang dimaksud dengan
hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari pre-test dan
post-test pada materi fungsi.
5. Materi
fungsi
Fungsi atau pemetaan
dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang memasangkan
setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.
2. Dari
skripsi yang berjudul “Kemampuan representasi matematis siswa dalam
pertidaksamaan pecahan kelas X SMA”
Masalah
penelitian :
Bagaimana
variasi representasi siswa dalam menyelesaikan permasalahn matematika yang
berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan di kelas X SMA?
Menggunakan
metode penelitian deskriptif khususnya bentuk penelitian dengan cara survey
(penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala
yang ada dan mencari keterangan secara factual dari suatu kelompok ataupun
suatu daerah : nasir, 1988).
Rumusan
Masalah :
1. Bagaimanakah
kemampuan representasi matematis siswa dalam pertidaksamaan pecahan dikelas X
SMA ?
2. Adakah
perbedaan penguasaan berbagai representasi dikaitkan dengan tingkat kemampuan
siswa ?
3. Bagaimanakah
hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
dengan penguasaan berbagai representasi ?
Teknik
pengumpulan data :
Dengan
menggunakan pengukuran dan wawancara. Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pemberian soal tes tertulis berbentuk esai yang dikerjakan siswa.
Definisi
operasional:
1. Variasi
representasi siswa
Menurut KBBI “Variasi
adalah mempunyai berbagai bentuk” (Poewadarminta, 1976: 612). Berdasarkan
pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan variasi representasi siswa dalam
penelitian ini adalah bentuk tampilan jawaban dalam berbagai bentuk yang dibuat
oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu tersebut siswa
dapat menyelesaikannya dalam berbagai bentuk representasi seperti representasi
dalam bentuk garis bilangan (selang/ interval), grafik dan simbolik.
2. Kemampuan
siswa
Dalam KBBI “Kemampuan
berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan) ((Poewadarminta, 1976: 571). Berdasarkan
pengertian tersebut maka kemampuan siswa di dalam penelitian ini diartikan
sebagai kesanggupan siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika.
3. Penguasaan
berbagai representasi
Dalam KBBI “Penguasaan
adalah perbuatan (hal dsb) menguasai dan menguasakan” (Poewadarminta, 1976:
598). Sedangkan pengertian representasi dalam penelitian ini adalah suatu cara
penyelesaian permasalahan matematika yang mana cara penyelesaiannya dapat
menggunakan bentuk garis bilangan (selang/ interval), grafik atau simbolik. Berdasarkan
pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan penguasaan berbagai representasi
dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menguasai berbagai cara dalam
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan
pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu.
4. Tingkat
kemampuan siswa
Dalam KBBI “Tingkat
dapat diartikan sebagai tahap, fase, jenjang atau ukuran tinggi rendahnya
sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari sesuatu tertentu” ((Poewadarminta,
1976: 601). Menurut pengertian tersebut maka tingkat kemampuan siswa dalam
penelitian ini adalah ukuran tinggi rendahnya kesanggupan, kekuatan atau
kecakapan seorang siswa untuk melakukan suatu pemecahan masalah matematika yang
berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan satu variabel untuk bentuk polinom
derajat satu, yang mana ukuran tersebut terbagi dalam tiga tingkatan yaitu
siswa tingkat atas, sedang dan bawah.
5. Hubungan
antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan
penguasaan berbagai representasi
Dalam
KBBI “Hubungan dapat diartikan sebagai kaitan, bersambung, berangkaian”
(Poewadarminta, 1976: 289). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hubungan
antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan
penguasaan berbagai representasi adalah hubungan (kaitan) antara kemampuan
siswa dengan kemampuan dalam menggunakan berbagai bentuk representasi untuk
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan
pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu.