Minggu, 30 Juni 2013

leader or servant??

sebuah gagasan yang muncul di tempat yg kurang tepat.
ketika saya akan 'bertapa' saya terpikirkan gagasan ini. Adalah sebuah kebanggaan ketika dapat menjadi pemimpin di suatu kelompok. ini lumrah kok. pemimpin  memiliki tingkatan tertinggi, begitu yang telah mendarah daging di mana2. makanya bangga, ya kan..
namun, apa benar pemimpin selalu dan seharusnya ada di tingkatan tertinggi?
cukup terenyuh saat membaca sebuah cerita di buku dalam dekapan ukhuwah karya ust salim. 
diceritakan. si A (karna saya lupa tokohnya siapa) melihat si B, ingin pergi ke suatu tempat (lupa juga tempatnya di mana). A ingin sekali ikut B, tapi, pada awalnya B tidak mengijinkan, A tetap ingin ikut dan akhirnya B membolehhkan.
B meminta agar A menetapkan siapa yg akan jadi pemimpin di perjalanan ini. tentu saja A memilih B, karena kan B yg mau pergi. B setuju, tapi dengan syarat A tidak boleh meragukan apa yang dilakukan B. 
mulailah mereka melakukan perjalanan. 
sepanjang jalan, B selalu melayani A, padahal B pemimpinnya kan ya, tapi begitulah, sampai A jadi tidak enak hati pada B. ketika A menyampaikan hal itu, B hanya mengingatkannya pada komitment awal (jgn meragukannya)
sampai suatu saat turunlah hujan yang lebat. B segera menyuruh A untuk berteduh di suatu tempat, sesampainya di sana, B meminta A masuk dan B segera melindungi A dengan badannya. 
nah lo??
A sngguh tidak enak hati dg B, di akhir ceritanya, A mengatakan bahwa seandainya ia tidak ikut, mungkin B tidak akan menderita seperti itu. (kata2nya mungkin tidak seperti ini, tapi insya Allah isinya sama kok)
begitukah seorang pemimpin?
mungkin iya. mereka memang punya tingkat tertinggi, tapi sekaligus juga memiliki amanah yg besar sehingga terkadang bisa membuat mereka berperan sebagai pelayan.
begitulah pemimpin.
ketika memimpin,, (saya dapat dari materi PMDK 1) meeka harus tau jalannya, kemudian menunjukkan jalannya, dan baru memimpin jalannya.
jadi, salahkah jika pemimpin menjadi pelayan? 
tidak, kodratnya, pemimpinlah yg melayani bawahan, bukan sebaliknya.
#hanyaopini :>>