bukan sekedar penutup kepala, tapi jilbab semestinya memiliki makna yg jauh lebih luas.
namun, apa jadinya jika pemaknaan akan jilbab hanya sebatas penutup kepala?
atau, penutup uban yg mulai tampak, rambut yg perlahan telah hilang, atau hanya karena malas merapikan rambut?
apalagi hal semacam ini ada di pikiran orang orang paruh baya, yg seharusnya dapat menjadi. Pembimbing bagi generasi di bawahnya.
ah, saya masih tak pantas berbicara panjang lebar soal ini. Saya juga masih belum fasih pemahamannya.
mungkin hanya ingin sedikit mengungkap hipotesis dari keadaan yg telah saya amati. Mengapa pemahaman seperti itu seakan berakar kuat di kalangan masyarakat tertentu?
bisa jadi karena tidak adanya contoh. Para pengguna hijab syar'i menjadi minoritas di dalam minoritas. Ditambah lagi, tidak ada (belum) yg membenahi pemikiran,tersebut. Semuanya seakan asyik untuk mengikuti arus tanpa satupun yg mau berdiri dan berjalan melawan arus.na'udzubillah jika sampai kembali ke masa jahiliyah. :(. Tapi, entah kenapa kok rasanya dekat sekali dg masa itu?
oke, kembali ke pembahasan.
lazimnya, jilbab hanya sebagai,penutup bagi merka. Sehingga, ketika berada di tempat2 resmi, acara keluarga, jilbab akan selalu bertengger di kepala. Namun jika tidak demikian, tak ada lagi yg ditutupi.
jujur, sedih rasanya mendengar itu semua. Tapi, jika mencari siapa yg salah, ya mungkin saya termasuk salah satu tersangkanya *if you know what i mean.
hanya bisa berharap, suatu saat nanti, tidak ada lagi misunderstanding dg makna jilbab sesungguhnya.
ada saran? Silakan komen atau email :D