Minggu, 26 Januari 2014

sebongkah perasaan

bukan teorema, bukan lema, definisi, sifat, algoritma, dan lain sebagainya.
ini hanya sebuah hipoesis yang masih belum diuji kehomogenitasannya, kenormalitasannya, atau dianalisa dg varians.
namun, berdasarkan analisa beberapa kasus setahun terakhir ini, saya benar2 bisa berhipotesis.
bahwa perasaan itu bergerak dinamis, dia tidak statis,
maka, jangan pernah berpikir bahwa sebongkah perasaan yang dulunya hanya sekecil upil, akan tetaap seperti itu hingga bertahun2 lamanya.
mereka bisa tumbuh dan berkembang pabila diberi nutrisi yang cukup. nutrisi berupa interaksi, sapaan hangat, perhatian, dan lain sebagainya.
mereka juga bisa menyusut, bahkan hilang sama sekali pabila kekurangan nutrisi itu.
mungkin, hal ini yang terjadi pada pasangan yang nikah, cerai, nikah lagi, cerai lagi. mereka tak memberi nutrisi yang cukup untuk perasaan itu.
bongkahan perasaan yang dulunya sebesar everest, jika dibiarkan begitu saja, cepat atau lambat akan semakin kecil hingga ia hilang sama sekali.
dan mungkin yang terjadi pada pasangan yang hingga usia lanjut masih tetap seperti dulu adalah, bongkahan perasaan itu terus diberi nutrisi. dan, mungkin namanya bukan lagi cinta, tapi lebih ke rasa sayang.
tentunya, hal ini terjadi pada pasangan dg ikatan legal dari kua.
lantas, bagaimana yang hanya memiliki label ilegal (bagi saya pribadi) atau yang biasa disebut dg pacaran?
well, mungkin saya tidak mau membahasnya lagi.
tapi, buat saudara2 saya yang kini merasakan sebongkah perasaan itu hadir dalam hati, segera sadari dan ambil keputusan.
bila merasa masih muda, belum ingin menempuh jenjang kehidupan yang lebih tinggi, maka lebih baik biarkan bongkahan itu menciut, karena, akan menimbulkan dampat yang cukup dramatis bagi kehidupan.
namun, jika sudah merasa matang, dan siap menempuh hidup baru, maka persiapkanlah. jangan menunda hingga bertahun2 lamanya

Sabtu, 04 Januari 2014

lets start working


gas naik, listrik naik, mungkin beberapa waktu lagi semua bahan pangan, sandang dan papan ikutan naik.
pasti di tv nanti akan ada berita demo di mana-mana, sampai bakar-bakar, sampai melakukan tindakan yang sangat anarkis
saya ingat ketika waktu itu harga kedelai melambung sehingga pedagang tempe dan tahu kesulitan mendapatkan bahan produksi. bukannya mencaari bahan alternatif atau solusi, ehh, malah merusak tempe yang sudah jadi, membuang-buangnya, alasannya sih karena protes dengan pemerintah. heloo?? emangnya mereka peduli? syukur-syukur deh kalau ada yang prihatin.
gak tau nih yang ini, jangan2 pada bakar gas kali ye? :p meleduk dong!
lets start working, coba lihat di jatim, ada warga yang menggunakan gas alternatif dari bahan kotoran hewan, malah udah 4 bulan mereka menggunakannya, bisa untuk penerangan pula. bukankah bisa menyelesaikan masalah?
nah, kalau mau berusaha kan bisa di atasi, ,bukannya mengeluh terus , protes, demo sama pemerintah. lha wong pemerintah itu gak cuma ngurusin gas naik, listrik naik doang. berpikir positif aja, mereka nggak ngrusin hal2 seperti itu mungkin bukan karena nggak perduli, tapi, ada banyak masalah yang jauh lebih urgen yang harus di tanganin.
jadi rakyat gak mesti minta di suapin melulu samapemerintah, coba deh cari usaha sendiri. bukannya gak mungkin usaha yang kita lakukan itu menjadi inspirasi buat banyak orang. nah, amal jariyah kan jadinya :D
dan hal ini bisa kok di mulai dari hal yang kecil.
seperi ngerjain tugas, baik itu individu atau kelompok, jangan terus menunggu yang lain mengerjakannya, coba deh kita yang cari sendiri, bisa nggak bisa itu urusan belakang dah, yang penting usahanya dulu bro :)
nah, jadi, mulai sekarang, lets start working and stop complaining