andai saja semua bisa berpikir begitu. menolah uang yang disodorkan para caleg nakal,
tapi, urusan perut jauh lebih penting, periuk kosong perlu diisi, anak2 juga mau jajan, mau beli mainan. dan uang 200 rbu pun teramat berharga untuk disiakan.
untuk apa repot2 memikirkan negara yang tidak memikirkan kami, begitu kata mereka.
lantas ini salah siapa?
mereka tak bisa disalahkan karena menerima uang itu, lha wong perut udah bergejolak minta disi.
nah, lantas ini menjadi ladang yang sangat subur buat para caleg nakal.
mungkin ini karena krisis kepercayaan.
betapa banyak yang menyalahgunakan kesempatan ketika sudah duduk di kursi itu.
dan rakyat yang membantu mensukseskan, ditolehpun tidak.
lantas ini salah siapa?
jangankan rakyat yang renta, mahasiswa yang katanya intelekpun, hanya segelintir yang berpikir untuk tidak menerima uang caleg.
ya, rejeki, kata mereka. alasannya? sama,
sepertinya slogan, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat kini telah pudar.
dan rakyat jauh lebih menyadari itu dari pemerintah.
mereka jauh lebih peka dengan keadaan sekarang.
pemerintah dan rakyat, seperti hidup sendiri-sendiri, padahal, seharusnya bersatu membentuk suatu negara yang utuh.
itulah yang membuat krisis kepercayaan ini meruncing.
semoga lima tahun kedepan ini pemerintah dapat lebih peka, lebih memperhatikan, terutama yang sudah di beri amanah oleh segelintir rakyat yang masih memiliki sedikit rasa percaya pada mereka.
tapi, urusan perut jauh lebih penting, periuk kosong perlu diisi, anak2 juga mau jajan, mau beli mainan. dan uang 200 rbu pun teramat berharga untuk disiakan.
untuk apa repot2 memikirkan negara yang tidak memikirkan kami, begitu kata mereka.
lantas ini salah siapa?
mereka tak bisa disalahkan karena menerima uang itu, lha wong perut udah bergejolak minta disi.
nah, lantas ini menjadi ladang yang sangat subur buat para caleg nakal.
mungkin ini karena krisis kepercayaan.
betapa banyak yang menyalahgunakan kesempatan ketika sudah duduk di kursi itu.
dan rakyat yang membantu mensukseskan, ditolehpun tidak.
lantas ini salah siapa?
jangankan rakyat yang renta, mahasiswa yang katanya intelekpun, hanya segelintir yang berpikir untuk tidak menerima uang caleg.
ya, rejeki, kata mereka. alasannya? sama,
sepertinya slogan, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat kini telah pudar.
dan rakyat jauh lebih menyadari itu dari pemerintah.
mereka jauh lebih peka dengan keadaan sekarang.
pemerintah dan rakyat, seperti hidup sendiri-sendiri, padahal, seharusnya bersatu membentuk suatu negara yang utuh.
itulah yang membuat krisis kepercayaan ini meruncing.
semoga lima tahun kedepan ini pemerintah dapat lebih peka, lebih memperhatikan, terutama yang sudah di beri amanah oleh segelintir rakyat yang masih memiliki sedikit rasa percaya pada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar