nah, setelah beranalogi, bang tere memberikan 4 hal untuk penulis.
1. topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial.
topik tulisan bisa apapun, bahkan dengan kata hitam, kami bisa menemukan begitu banyak cerita. namun, jika sudut pandang yang digunakan sama saja, hitam adalah warna, kelam, gelap, malam, misalnya, maka, tulisannya pun akan itu-itu aja.
karena itu diperlukan sudut pandang yang spesial, yang tidak hanya memandang hitam sebagai warna.
jadi, sudut pandang yang spesial adalah yang bisa dipikirkan oleh kita, namu tak terpikirkan oleh orang lain. sehingga, yang membacanya akan menganggap hal tersebut keren.
jadi, temukan sudut pandang yang spesial. tidak mudah memang, tapi biasakan.
namun, jangan cemas bila orang menganggap tulisan itu tidak menarik, tetaplah menulis, dan jangan menyerah oleh kritikan orang.
2. penulis membutuhkan amunisi.
amunisi seperti apa? membaca, menambah ilmu, mengamati, mengobservasi, memperhatikan, bertanya. amunisi ini juga bisa bearti memperhatikan hal yang detail, yang tidak dierhatikan orang kebanyakan, itulah amunisi yang kita perlukan
3. kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, dan menyelesaikannya lebih gampang lagi.
nah, gaya bahasa itu kebiasaan, ketika melihat tulisan orang yang gaya bahasanya indah, itu karena menjadi hal yang biasa bagi dia. kata bang tere, orang melayu itu sangat pandai bercerita, karena itu, jangan rendah diri untuk menulis.
kemudian, ada seorang yang bertanya kepada bang tere di suatu workshop,
"bang tere, bagaimana cara menyelesaikan cerita yang baik"
jawaban bang tere cukup menggelikan, "tinggal ditambahkan di akhir paragraf kata TAMAT, maka, selesailah sudah cerita itu"
itulah yang terjadi pada novel hapalan sholat delisa, ketika pikiran jenuh, maka, saat ceritanya delisa menemukan kalung ddi tangan uminya, dan bang tere sudah mentok, maka beliaupun menuliskan kata tamat. dan sampai saat ini, belum ada yang pernah protes dengan ending cerita itu :)
4. bisa karena biasa.
bang tere bercerita.
"dulu, ketika saya pulang ke palembang, ibu saya suka sekali memasakkan sayur rebung, karena itu tidak terdapat di depok. kemudian, dengan menggombali ibu saya, saya bertanya.
masakan mamak ini sungguh enak, bagaimana cara masaknya? kemudian ibu saya menjawab, ya, dimasak2 aja. begitulah sampai tahu berikutnya saya pulang kembali dan menanyakan hal yang sama. jawabannya tetap sama juga.
untuk membuktikannya, saya bangun pagi2, ke dapur dan melihat ibu masak,
beliau ambil rebung, dipotong-potong, ambil ini ambil itu, dan setelah masak di masukkan ke mangkuk, dan hasilnya, memang enak.
begitulah, untuk penulis, ya tulis2 aja, apa saja, maka akan terbiasa nantinya..
itulah hal2 yang bang tere berikan untuk kami, ceritanya panjang sih, tapi, ane bingung mau nulisnya gimana.. he he,,
itu dulu, kalau ada yang ane bisa share, insya Allah ane post lagi di sini :)
1. topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial.
topik tulisan bisa apapun, bahkan dengan kata hitam, kami bisa menemukan begitu banyak cerita. namun, jika sudut pandang yang digunakan sama saja, hitam adalah warna, kelam, gelap, malam, misalnya, maka, tulisannya pun akan itu-itu aja.
karena itu diperlukan sudut pandang yang spesial, yang tidak hanya memandang hitam sebagai warna.
jadi, sudut pandang yang spesial adalah yang bisa dipikirkan oleh kita, namu tak terpikirkan oleh orang lain. sehingga, yang membacanya akan menganggap hal tersebut keren.
jadi, temukan sudut pandang yang spesial. tidak mudah memang, tapi biasakan.
namun, jangan cemas bila orang menganggap tulisan itu tidak menarik, tetaplah menulis, dan jangan menyerah oleh kritikan orang.
2. penulis membutuhkan amunisi.
amunisi seperti apa? membaca, menambah ilmu, mengamati, mengobservasi, memperhatikan, bertanya. amunisi ini juga bisa bearti memperhatikan hal yang detail, yang tidak dierhatikan orang kebanyakan, itulah amunisi yang kita perlukan
3. kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, dan menyelesaikannya lebih gampang lagi.
nah, gaya bahasa itu kebiasaan, ketika melihat tulisan orang yang gaya bahasanya indah, itu karena menjadi hal yang biasa bagi dia. kata bang tere, orang melayu itu sangat pandai bercerita, karena itu, jangan rendah diri untuk menulis.
kemudian, ada seorang yang bertanya kepada bang tere di suatu workshop,
"bang tere, bagaimana cara menyelesaikan cerita yang baik"
jawaban bang tere cukup menggelikan, "tinggal ditambahkan di akhir paragraf kata TAMAT, maka, selesailah sudah cerita itu"
itulah yang terjadi pada novel hapalan sholat delisa, ketika pikiran jenuh, maka, saat ceritanya delisa menemukan kalung ddi tangan uminya, dan bang tere sudah mentok, maka beliaupun menuliskan kata tamat. dan sampai saat ini, belum ada yang pernah protes dengan ending cerita itu :)
4. bisa karena biasa.
bang tere bercerita.
"dulu, ketika saya pulang ke palembang, ibu saya suka sekali memasakkan sayur rebung, karena itu tidak terdapat di depok. kemudian, dengan menggombali ibu saya, saya bertanya.
masakan mamak ini sungguh enak, bagaimana cara masaknya? kemudian ibu saya menjawab, ya, dimasak2 aja. begitulah sampai tahu berikutnya saya pulang kembali dan menanyakan hal yang sama. jawabannya tetap sama juga.
untuk membuktikannya, saya bangun pagi2, ke dapur dan melihat ibu masak,
beliau ambil rebung, dipotong-potong, ambil ini ambil itu, dan setelah masak di masukkan ke mangkuk, dan hasilnya, memang enak.
begitulah, untuk penulis, ya tulis2 aja, apa saja, maka akan terbiasa nantinya..
itulah hal2 yang bang tere berikan untuk kami, ceritanya panjang sih, tapi, ane bingung mau nulisnya gimana.. he he,,
itu dulu, kalau ada yang ane bisa share, insya Allah ane post lagi di sini :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar