fokus bukan pada sinetronnya..
layaknya sebuah karya manusia, tak mungkin luput dari segala khilaf dan kekurangan, tak bisa ia mencapai tahap sempurna.
tepat seperti sinetron2 yg lain, episodenya tetap banyak, mencapai ratusan. dan ceritanya melebar kemana2. tapi tentu bukan itu fokus tulisan ini.
bukan hendak menjugde, hanya sedikit meluapkan apa yg selama ini di rasakan
saya bukan penikmat sejati sinetron2 indonesia. bukan pula haters. netral saja. kalau bagus, ya ditonton, jika tidak, mending ganti chanel.
sejak kemunculannya di tahun 2006 kalau tidak salah, sinetron itu cukup mengundang rasa penasaran.
saya tetap setia menonton ceritanya hingga ramadhan berakhir. dan untungnya, sinetron itu juga selesai ditayangkan. dan tahun2 berikutnya, terus berlanjut penanyangan tapi hanya selama ramadhan.
tahun pertama, kedua, ketiga saya masih menjadi peminat, namun tidak setelah muncul acara2 mengundang gelak tawa di chanel lain. berhubung bukan saya yg mengusai remot tv, jadi, ya ikut saja apa yg di tonton orang rumah.
hingga pada tahun kedelapan, ada yg iseng mengganti chanel ke sinetron itu. dan saya baru menyadari suatu hal.
well, ini hanya pendapat pribadi, tentu tak bisa dijadikan acuan untuk menilai suatu karya.
sinetron tersebut tetap sarat makna. tapi tidak memaksa. saya menemukan palajaran yg diberikan secara alami, melalui tindak tanduk tokoh, cerita sampingan, dialog sederhana, yg jelas cukup mewakili kehidupan sehari2.
berbeda sekali dengan yg lain. mereka seakan menekankan untuk harus terdapat unsur dakwah di sana, namun tidak sesuai, kesan memaksa nampak sekali,. dan membuat ilfeel.
sayang sekali saya melewatkan jilid2 sebelumnya, yah, walau sekedar menjadi pembuka selera makan, setidaknya, tontonan tetap memberikan pelajaran dan makna tersendiri, bukannya sekedar tertawa2 sampai tersedak.
#ppt
tepat seperti sinetron2 yg lain, episodenya tetap banyak, mencapai ratusan. dan ceritanya melebar kemana2. tapi tentu bukan itu fokus tulisan ini.
bukan hendak menjugde, hanya sedikit meluapkan apa yg selama ini di rasakan
saya bukan penikmat sejati sinetron2 indonesia. bukan pula haters. netral saja. kalau bagus, ya ditonton, jika tidak, mending ganti chanel.
sejak kemunculannya di tahun 2006 kalau tidak salah, sinetron itu cukup mengundang rasa penasaran.
saya tetap setia menonton ceritanya hingga ramadhan berakhir. dan untungnya, sinetron itu juga selesai ditayangkan. dan tahun2 berikutnya, terus berlanjut penanyangan tapi hanya selama ramadhan.
tahun pertama, kedua, ketiga saya masih menjadi peminat, namun tidak setelah muncul acara2 mengundang gelak tawa di chanel lain. berhubung bukan saya yg mengusai remot tv, jadi, ya ikut saja apa yg di tonton orang rumah.
hingga pada tahun kedelapan, ada yg iseng mengganti chanel ke sinetron itu. dan saya baru menyadari suatu hal.
well, ini hanya pendapat pribadi, tentu tak bisa dijadikan acuan untuk menilai suatu karya.
sinetron tersebut tetap sarat makna. tapi tidak memaksa. saya menemukan palajaran yg diberikan secara alami, melalui tindak tanduk tokoh, cerita sampingan, dialog sederhana, yg jelas cukup mewakili kehidupan sehari2.
berbeda sekali dengan yg lain. mereka seakan menekankan untuk harus terdapat unsur dakwah di sana, namun tidak sesuai, kesan memaksa nampak sekali,. dan membuat ilfeel.
sayang sekali saya melewatkan jilid2 sebelumnya, yah, walau sekedar menjadi pembuka selera makan, setidaknya, tontonan tetap memberikan pelajaran dan makna tersendiri, bukannya sekedar tertawa2 sampai tersedak.
#ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar